Tidak lama dari waktu yang telah kita janjikan, kita mengulang kembali dosa kita. Hilang segala apa yang telah kita janjikan. Malang. Apalah nasib ini. Apakah kondisi sebenarnya iman ini. Malu untuk berhadapan Allah, andai peluang itu ada, tidak dipalingkan kepala dan hati ini menghadap. Tapi, apakah kita boleh melarikan diri dari menunaikan fardhu solat yang semestinya akan menghadap dan bertemu Allah? Maka, kita bertemu dengan tertunduknya hati dan kepala ini.
Tapi.... dasar diri manusia itu lemah, malah pelupa. Janji yang tidak terkota dikotor. Maksiat dan dosa kembali kita lakukan. Dan.. itulah sering kali berulang dan berulang. Kita bermain antara janji, dan taubat dengan mungkir, dan dosa. Sehinggakan kita merasa kita ini seolah-olah mempermain-mainkan rahmat dan pengampunan Allah S.W.T. Air mata ini, banyak mencurah, tapi seolah-olah terhapus begitu sahaja kenilaiannya air mata yang sepatutnya dapat menyelamatkan diri daripada Neraka Allah S.W.T.
Tapi, ketahuilah.. Rahmat Allah tidak pernah berhenti menghujani hamba-hambaNya. Biarpun telah tenggelam di dasar kegelapan dosa. Tapi, ia tetap boleh terpancar sampai ke dasar. Kerana, Allah itu.. sayang buat hambaNya. Dia tetap memberi kesempatan dan akan tetap memberi kesempatan. Kata Ibn Qayyim al-Jawziyyah:
"The servant who seeks the pleasure of Allah never abandons repentance. He remains in state of repentance until the end of his life"
No comments:
Post a Comment